Sunday, 1 May 2016

PIECES

Tetes air hujan membasahiku, menutupi segala pedih yang ku rasakan, air mata ini melebur menjadi satu bersama rintikan yang turun dari langit. Ya langit menangis bersamaku. Mungkin terlihat konyol bagi sebagian orang, tapi aku menemukan kenyamanan, ku merasa terlindungi.

Apa yang sudah ku lakukan? Aku rindu pada masa-masa itu. Kenapa semuanya berubah? Apakah ini akhir dari penantianku? Apakah ini akhir dari semuanya? Semua canda tawa dan tangis yang kita bagi bersama, semua kenangan yang kita lewati selama ini.

Ingatanku pun terlempar jauh, disaat pertama kali ku mengenalmu. Jujur saja pertama kali aku melihatmu, aku nggak menganggapmu sama sekali, aku nggak tau kalau kita bisa sedekat ini.
Pertama kali kau menghubungi ku, aku sedang terjebak dalam cinta yang lain, aku sama sekali tidak tau kalau dirimu menyimpan rasa padaku, kau terus ada disana menemaniku, menghiburku. Aku tau kau lelah dengan semua ceritaku, ku tau pula kalau rasamu memudar seiring berjalannya waktu.

Dan pada saat rasamu telah berubah kepada wanita itu, baru ku sadari bahwa aku merasa kehilangan. Awalnya ku tak mengerti perasaan apa yang kurasakan saat ku melihatmu dengannya, namun malam itu aku menyadari bahwa aku terperangkap dalam perasaan ini, aku menangis semalaman mengingat hal itu. Betapa bodohnya aku tak menyadari perasaan tulus dirimu sejak awal, kenapa aku harus melihatmu bersama yang lain baru ku menyadarinya?

31 Januari 2015
Itu saat pertamaku menyatakan perasaanku, karna aku udah nggak sanggup lagi menahannya. Aku nggak peduli ntar akan berakhir seperti apa, yang penting ku katakan, lebih baik aku tersakiti karna aku mengatakan daripada aku tersakiti karna menyesal tak menyatakannya.



Dirikupun kembali kepada kenyataan. Semua sudah berubah. Kau bukanlah kau yang dulu dan aku bukanlah aku yang dulu. Namun apakah hanya aku yang merindukan saat-saat itu? Apakah cuma diriku yang mengingat semua suka duka? Apakah aku hanya membuatmu tersakiti selama setahun ini?

Yang ku rasakan selama ini, pertengkaran kita hanyalah suatu langkah kita menjadi semakin dekat, semakin mengenal satu sama lain. Sejujurnya ku senang setiap kali kita berkelahi dan dapat menyelesaikannya, aku kira kita jadi semakin mengenal satu sama lain. Namun kenyataan berkata lain. Yang aku lakukan hanyalah menyakitimu, hanya aku sendiri yang merasa semua akan baik-baik saja. Semua salahku.

If I could turn back time... Aku nggak bakal ngeubah apapun, karna aku menikmati setiap momen bersamamu. If I could, I just want to spent more time with you. Aku nggak pernah nyesel kenal sama kamu, aku nggak pernah nyesel tersakiti karna perasaan ini, aku menikmati setiap momen bersamamu, momen yang nggak bisa terulang kembali.

Sorry. Mungkin itu nggak cukup. Aku nggak tau perasaan apa aja yang ada dibenakmu, tapi aku sama sekali nggak ada maksud untuk menyakitimu. Mungkin kamu tersakiti karna sikapku, tapi ketauilah aku sayang padamu. Mungkin aku terkadang berlebihan kepadamu, tapi itulah cara ku mencari perhatianmu, perhatian yang udah lama nggak kurasakan, perhatian yang pertama kali kurasakan saat kita dekat. Mungkin kamu lelah dengan permintaanku, tapi ingatlah kembali, permintaanku hanya menghabiskan waktu denganmu, semuanya pasti ku lakukan bersamamu. Mungkin aku terlalu sering kecewa kepadamu, tapi itu berarti kau masih berarti bagiku, kau masih ku harapkan.
Aku minta maaf sekali lagi, walaupun aku tau ini nggak cukup, tapi ketauilah semua tindakan yang ku lakukan kepadamu itu hanya karna aku membutuhkanmu lebih dari aku membutuhkan orang lain.

Aku ngerasa nggak berguna kalau kamu nggak mau cerita ke aku. Aku mau jadi senderan buatmu. Apakah aku terlalu bersandar kepadamu hingga akhirnya aku menyakitimu dan membuatmu lelah? Apa yang terjadi pada kita sekarang ini? Apakah selama ini aku menyakitimu sampai pada akhirnya semua meluap pada saat ini? Tolong beritahuku, aku merindukan kita yang dulu.

What I feel... Aku nggak berguna lagi buatmu. Kau bisa ketawa bersama orang lain, kau bisa tertawa terbahak-bahak bersama orang lain. Aku dulu mengira kalau tawa dan senyuman itu hanyalah untukku, namun sekarang kau dapat tertawa dengan siapa saja dan yang kau berikan kepadaku hanyalah wajah lelah itu. Aku hancur setiap kali melihatmu seperti itu, aku berusaha untuk menghiburmu tapi yang kau berikan hanyalah wajah yang tambah kesal karna sikapku, disaatku semakin sakit dan berusaha diam, disaat itu pula kau semakin kecewa, kesal, lelah dan semua perasaan yang tak dapat ku gambarkan. Apakah kau tak dapat bahagia lagi bersamaku? Apakah aku segitu tak bergunanya?


Hujan mulai berhenti, dan ku tau sekarang adalah waktunya aku untuk menyudahi tangis ini. Aku bangun dan menatap langit yang masih merintikan sedikit air. Mata ku yang sembab, muka ku yang kacau, ku paksa untuk tersenyum untuk dirimu.



Hai, kau akan selalu menjadi teddy bear ku, dan ingatlah aku sayang padamu.